PATI I Gema gong, derap kaki para pengarak gunungan, dan sorak riang warga menjadi latar suasana Desa Gajihan, Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Kamis (15/5/2025).
Desa ini kembali menghidupkan tradisi sedekah bumi yang meriah, sarat nilai spiritual, sosial dan budaya.
Ribuan warga dari 14 RT yang tersebar di dua dukuhan ikut ambil bagian. Jalanan Desa dipenuhi warga yang menyambut arak – arakan empat gunungan hasil bumi.
Gunungan disusun apik menyerupai tumpeng raksasa, berisi berbagai macam hasil pertanian seperti padi, jagung dan sayuran.
“Gunungan ini adalah simbol doa dan harapan. Kami bersyukur atas panen yang melimpah, dan berharap ke depan rezeki terus lancar,” ujar Kepala Desa Gajihan, Susilo Yudianto, kepada infodetik.co
Tradisi ini berlangsung selama tiga hari. Setelah arak – arakan, warga bersiap menikmati pertunjukan wayang kulit di malam hari.
Bagi hari berikutnya disusul pentas ketoprak, dan terakhir pertunjukan jaranan. Rangkaian acara ini dikemas sebagai pesta rakyat yang terbuka untuk semua kalangan.
Warga Desa Gajihan sangat mengapresiasi terkait momen ini menjadi ajang silaturahmi. Tak sedikit yang datang dari luar kota hanya untuk turut serta dalam kemeriahan.
“Saya dari Jepara, setiap tahun pulang kampung untuk acara ini. Tidak tergantikan suasananya,” kata Yuli, warga asli Gajihan yang merantau.
Kehadiran sedekah bumi juga memperkuat ekonomi lokal. Pedagang keliling dan lapak kaki lima menjamur di sekitar lokasi.
Mulai dari jajanan pasar, sate ayam, es dawet, hingga permainan anak – anak, semua laris manis. “Omset saya bisa naik tiga kali lipat,” lanjut Imam, penjual balon.
Kepala Desa Gajihan menambahkan, bahwa tradisi ini menjadi instrumen pelestarian budaya sekaligus pendidikan informal bagi generasi muda.
“Anak – anak sekarang cenderung ke gadget. Lewat kegiatan ini mereka diajak mengenal budaya dan nilai – nilai gotong royong.
Pemerintah Desa juga menggandeng lembaga pendidikan lokal untuk mengedukasi siswa melalui partisipasi aktif.
Bahkan ada lomba mewarnai gunungan bagi siswa PAUD dan SD. “Tujuannya agar sejak kecil mereka bangga akan budayanya sendiri,” jelas Susilo Yudianto
Ia berharap ke depan, kegiatan ini dapat diangkat sebagai agenda tahunan. Dengan promosi yang tepat, tradisi sedekah bumi bisa menjadi daya tarik wisata budaya yang membanggakan.
“Semoga tahun depan lebih meriah, dan makin banyak yang datang. Ini warisan leluhur yang harus kita jaga bersama,” imbuh ketua panitia acara.
Di tengah hiruk – pikuk modernisasi, Desa Gajihan membuktikan bahwa tradisi bisa menjadi sumber inspirasi dan perekat sosial.
Sedekah Bumi bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang harapan yang tumbuh dari tanah sendiri.(@Gus Kliwir)
Discussion about this post