PATI I Kirab budaya dalam rangka sedekah bumi Desa Tlogoayu, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, menjadi pusat perhatian ribuan warga pada Rabu (21/5/2025).
Jalanan desa yang biasanya lengang, berubah menjadi lautan manusia yang antusias menyambut iring – iringan budaya penuh makna.
Puncak kirab adalah prosesi arak – arakan gunungan hasil bumi. Gunungan ini terdiri dari jagung, padi, cabai, sayuran, hingga buah -buahan segar yang disusun dengan indah.
Bagi masyarakat Tlogoayu, gunungan bukan sekadar pajangan, tetapi simbol rasa syukur atas limpahan rezeki dari tanah yang mereka olah dengan penuh ketekunan.
“Gunungan ini kami siapkan bersama, dari hasil kebun dan sawah warga. Ini bentuk syukur kami pada Tuhan dan leluhur,” ujar Sulastri kepada infodetik.co
Kirab berlangsung sejak pukul 13.00 Wib dengan rute keliling desa. Peserta kirab mengenakan busana adat Jawa lengkap dengan ikat kepala dan selendang batik.
Diiringi gamelan dan suara sound system horeg yang menggema, suasana menjadi semarak dan membangkitkan semangat gotong royong antar warga.
Tak sedikit pengunjung yang mengabadikan momen tersebut dengan ponsel. Anak – anak berlarian kegirangan melihat barisan peserta yang tampil dengan kostum unik, termasuk replika hasil pertanian dan kerajinan tangan yang mewakili kelompok – kelompok masyarakat.

Kepala Desa Tlogoayu, Darsono, S. A.k menyebut bahwa tahun ini adalah kali pertama sedekah bumi digelar.
Sebesar ini setelah beberapa tahun berlangsung sederhana. “Kami ingin menghidupkan lagi semangat kebersamaan dan membangun kembali nilai – nilai budaya yang sempat tergerus zaman.
Menurutnya, kehadiran ribuan warga adalah bukti bahwa tradisi seperti ini tetap relevan di tengah kehidupan modern. “Kami ingin ini jadi agenda tahunan desa, dengan dukungan seluruh elemen masyarakat,” lanjut Darsono, S. A.k
Tradisi ini dikenal sebagai “kenduren”, simbol kebersamaan dan rezeki yang dibagi rata. Sedekah bumi di tlogoayu tak hanya meneguhkan identitas budaya, tetapi juga membangun solidaritas sosial.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, masyarakat tetap menjaga akar tradisinya, menjadikannya sumber kekuatan dan harapan ke depan.(@Gus Kliwir)
Discussion about this post